Senin, Desember 19, 2011

Dialog Imam Ghozali dengan Muridnya

Suatu hari, Imam Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali mengajukan pertanyaan, diantaranya :
1.    Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia?
2.    Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia?
3.    Apa yang paling besar di dunia?
4.    Apa yang paling berat di dunia?
5.    Apa yang paling ringan di dunia?
6.    Apa yang paling tajam di dunia?

Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?” Lantas murid-muridnya menjawab pertanyaan pertama itu, bahwa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini adalah orang tua, guru, kawan, dan sahabat-sahabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI. Sebab itu janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Al - Imran 185).
Kedua, “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab, “negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang”. Lalu imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling jauh adalah MASA LALU. Walau dengan cara apa sekalipun, kita tidak akan dapat kembali ke masa lalu. Karena itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Ketiga, “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab, “gunung dan bumi”. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari apa yang ada di dunia ini adalah NAFSU. Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat, “Apa yang paling berat di dunia ini?” Ada yang menjawab “besi dan gajah”. Semua jawaban itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Al - Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, bintang, dan malaikat, semuanya tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari para manusia masuk neraka karena ia tidak memegang amanahnya.
Pertanyaan kelima, “Apa yang paling ringan di dunia ini?” Ada yang menjawab “kapas, angin, debu, dan daun-daunan”. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara hidup bermasyarakat kita meninggalkan sholat.
Pertanyaan keenam, “Apa yang paling tajam di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab serentak “pedang”. Jawaban itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Sabtu, November 19, 2011

Ketangguhan dan Keimanan Warga Gaza yang Menakjubkan


   Sungguh menakjubkan mental dan keimanan warga Gaza. Di tengah gemuruh pesawat tempur Israel yang menjatuhkan bom-bom mematikan, warga Gaza tetap melangkahkan kaki ke masjid begitu suara adzan berkumandang. Pemandangan ini terlihat di kawasan Syaikh Radwan, di barat Gaza. Tatkala suara adzan berkumandang dari masjid Al-Taqwa yang sudah kehilangan menaranya akibat bombardir pasukan Zionis, warga kota itu langsung berkumpul di masjid untuk menunaikan shalat berjamaah. “Begitu mendengar suara adzan, mereka langsung berdatangan ke masjid.
   "Setiap hari, kami shalat diantara reruntuhan masjid kami.", kata imam Masjid Al-Taqwa. Lebih dari 50 masjid di Jalur Gaza hancur oleh bom-bom yang dimuntahkan pesawat-pesawat tempur Israel. Serangan terburuk menimpa Masjid Ibrahim Al-Maqadma. Masjid itu itu dibombardir saat warga Gaza menunaikan shalat, yang menyebabkan 16 jamaah syahid dan beberapa jamaah lainnya luka-luka. Tapi, meski masjid-masjid mereka hancur, warga Gaza tetap berduyun-duyun ke masjid saat mendengar panggilan shalat dan pemandangan seperti ini hampir terlihat di seluruh Gaza. “Warga Gaza dicekam kesedihan ketika melihat serangan Israel menghancurkan masjid-masjid mereka. Tapi, begitu mendengar suara adzan keesokan harinya, mereka kembali semangat.”, ujar Awad Al-Sha’er, imam Masjid Khulafa Rashidiin di utara Gaza. “Apapun yang terjadi, masjid-masjid kami akan tetap penuh. Kami tidak akan pernah membiarkan penjajahan menjadikan masjid-masjid kami kosong.”, tukas Al-Sha’er. Warga Gaza berani mengambil resiko terkena bom atau ditembak pasukan Israel setiap kali mereka berangkat ke masjid. “Diam di rumah pun, tidak membuat kami aman. Jika memang sudah saatnya bagi kami untuk mati, maka kami akan mati.”, ungkap Abu Anas Al-Zahama, salah seorang warga Gaza yang selalu shalat berjamaah di masjid. Selain menjadi tempat ibadah, masjid-masjid di Gaza juga berfungsi untuk membantu meringankan penderitaan warga Gaza sepanjang agresi biadab Israel ke wilayah itu. “Sejak perang dimulai, masjid-masjid mengintensifkan bantuan untuk warga. Bukan hanya bantuan makanan, kami juga memberikan pengobatan dan uang.”, kata Mohammaed Anshour, imam Masjid Al-Bukhari. Masjid Yarmuk di Gaza City melakukan penggalangan bantuan untuk warga yang rumahnya hancur oleh serangan pasukan Zionis. Dan penggalangan dana itu disambut antusias oelh warga Gaza lainnya. Meski menderita akibat serangan pasukan Zionis, warga Gaza masih bisa memberikan sumbangan untuk menolong saudara-saudaranya yang lain. Satu lagi pemandangan menakjubkan di Gaza. Ahmad, seorang bocah berusia 8 tahun misalnya, menyumbangkan semua uang yang berada di celengannya. Begitu pula Abu Ammar, seorang pedagang, menyumbangkan selimut dan pakaian untuk warga yang mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA. “Kita harus tetap bersatu dan masjid-masjid kami akan selalu menunjukkan sikap persatuan itu. Semangat semacam ini, membuat kami tidak mudah dikalahkan.”, kata seorang warga Gaza yang sedang menyumbangkan uangnya ke sebuah masjid.
Subhanallah…